Mengintip Pencari Kotoran Kelelawar
Mengais Rizki di Kegelapan Goa, Pesanan Tak Ada Gaji Tertunda
Oleh : Refi Yulia Rahmawati

Banyak jalan menuju roma. Itulah ungkapan yang pas untuk para pencari kotoran kelelawar di Goa Gunung Pucakwangi, Babat, Lamongan. Jika kita mau berusaha, pasti ada jalan keluar yang bisa kita peroleh. Hal ini dilakukan demi sesuap nasi serta demi menghidupi anggota keluarga. Mereka rela menerobos di kegelapan goa apapun risiko yang terjadi. Bahkan tidak hanya gelap, pengap, gatal, bau bahkan hewan buas pun turut menghantui dalam mengais rizki di goa tersebut. Sekadar untuk diketahui bahwa kotoran kelelawar ini untuk pupuk segala tanaman karena terbukti sangat subur.
Pagi itu suasana gunung Pucakwangi, Babat, Lamongan masih sepi. Hanya ada kicauan burung-burung sambil beterbangan. Sedangkan para pekerja di seputaran gunung masih belum seberapa. Baru beberapa orang saja. Sementara itu di dekat mulut goa terdengar suara kelelawar mengiang di telinga dari dalam goa. Tampak lalu lalang kelelawar keluar masuk goa. Ada yang bergelantung di atap goa, ada yang berkejar-kejaran sambil menjatuhkan kotoran. Sementara itu suasana dalam goa tampak gelap, pengap dan bau.
Tidak lama kemudian mulai berdatangan para pencari kotoran kelelawar. Dialah Yudi, Mursadi, Arif, dan masih banyak lagi. Mereka datang tidak langsung bekerja. Namun mereka harus mempersiapkan diri. Di antaranya memakai baju khusus, menyiapkan peralatan mencari kotoran kelelewar serta memakaai obat pelindung antinyamuk atau serangga. Baru mereka memasuki lahan mengais rizki yaitu goa sarang kelelawar.
Karena gelap gulitanya goa, Yudi dkk memasuki goa sambil memakai lampu senter yang dipasang di kening mereka dengan penuh waspada. Dengan lampu senter tersebut akan memudahkan mereka menemukan celah-celah dalam goa, jalan dalam goa, serta tempat-tempat kotoran kelelawaar. Dengan memakai lampu senter, akan mengetahui kotoran kelelawar yang berada di sela-sela bebatuan, di dinding goa, serta di pelataran goa. Dengan demikian Yudi dkk dengan mudah mengaisnya. Selama pencarian kotoran kelelawar, sejak pagi hingga siang mereka tidak akan keluar goa. Mereka keluar jika haus kemudian mereka minum air atau kopi yang mereka pesan dari warung yang tidak jauh dari goa tersebut.
“Kami keluar goa kalau sudah haus sekali kemudian kami minum kopi dan air putih. Itu pun hanya beberapa menit saja. Kemudian kami kembali masuk goa,”ujar Yudi sambil memegang segelas kopi.
Terkait dengan suasana dalam goa, Arif dkk benar-benar merasakan pengabnya goa karena bau kotoran. Andai bukan demi kebutuhan rumah tangga, demi sesuap nasi, serta sulitnya mencari pekerjaan, lebih baik nganggur saja sambil mencari pekerjaan. Jadi, Arif dkk bekerja mengais kotoran kelelawar dalam goa, demi tanggung jawab sebagai kepala keluarga.
“Biarkan kami saja yang bekerja sebagai pengais kotoran kelelawar. Semoga anak cucu kami dapat pekerjaan yang layak,”ujar Arif.
Kemudian mereka baru keluar goa pukul 13.00 WIB untuk pulang ke rumah. Sesampai di rumah pun mereka tidak istirahat. Mereka mandi, sholat, kemudian makan. Setelah itu mereka kembali beraktivitas lain. Ada yang mencari rumput untuk makanan hewan ternak; ada yang menggembala kambing atau sapi; dan yang mengerjakan pekerjaan rumah tangga lain.
Terkait pengupahan dalam mencari kotoran kelelawar, Yudi dkk mendapat upah 15% dari hasil kotoran yang diperoleh. Dengan demikian jika mendapat banyak, tentu banyak pula upah yang mereka terima. “Kami menerima upah seminggu sekali. Karena tiap seminggu, kotoran ditimbanag dan dijual,”ujar Yudi, “Bahkan pernah sampai sebulan baru terjual sehingga kami harus ngebon uang dulu kepada juragan.”
Sekedar untuk diketahui bahwa sistem kerja di goa. Bahwa goa tersebut milik desa yang di lelang kepada warga, bagi pemenang lelang berhak atas pengelolaan dan hasil dari penjualan kotoran kelelawar dari goa tersebut. Kemudian hasil kotoran yang didapat dari goa tersebut di jual pada pengepul atau distributor yang digunakan sebagai pupuk dan untuk dijual kembali. Akan tetapi sebelum diangkut distributor Yudi dkk harus mengumpulkan kotoran sesuai target minimal yaitu sekitar 230 karung atau setara dengan 6 ton kotoran yang harus dikumpulkan. Baru barang tersebut dijual.
Berapa harga kotoran kalelawar itu ?
Mohon petunjuk dan Arahan nya pak kami lagi cari pengumpul/pembeli kotoran kelelawar daerah Jabar
Silahkan bisa hubungi nomor 081333170511