COBA-COBA JADI JATUH CINTA

       IPM, IPM, IPM..

Aku mengenal organisasi ini saat aku baru masuk di kelas 1 SMP, karena rasa ingin tahu membuat diri dan hati ini untuk mencoba mengenal lebih dalam dan berniat untuk menjadi bagiannya.
“Apa sih IPM itu??? ”
“Kalo jadi IPM bakal ribet ga sih? ”
Itulah isi otakku ketika melihat kakak kelasku yang mondar mandir dengan memakai jas kuningnya yang tengah sibuk menjadi panitia MPLS.

Aku selalu melihat ketika kakak kelasku sedang melakukan tugas didepan peserta MPLS yang dengan enteng dan asyiknya mereka berbicara dengan wajah yang berseri-seri sehingga membuatku berfikir “Kok bisa gak grogi? Padahal bicara didepan orang banyak, belum kenal pula’’. Dari situ aku berniat untuk menjadi bagian dari IPM.

Memang awalnya aku adalah orang cenderung takut, cemas, grogi ketika sudah berbicara didepan orang banyak, tapi apa salahnya aku berusaha untuk merubah sifatku yang seperti itu menjadi orang yang berani bicara didepan orang banyak.
(beberapa minggu kemudian)
Kring…Kring… Bel istirahat berbunyi, di mading sebelah aku melihat anak-anak berkumpul dan menunjuk sebuah kertas yang berisi pengumuman. Belum sampai disana, temanku menyenggolku dan mengatakan “ Ayo ikut daftar, kamu pasti masuk, kan kamu banyak omong’’ aku tercengang dengan kata-kata yang dilontarkan olehnya, “ikut apaan?” tanyaku dalam hati. Tak banyak bicara aku segera menuju ke mading dengan perasaan kepo.
“Owalah, IPM to..” gumamku setelah melihat informasi di mading. Hati ku tergerak untuk bergabung tanpa ada rasa minder karena aku belum mengenal jauh apa itu IPM. “Coba daftar dulu aja lah, mau lolos apa ndak lolos juga urusan belakangan, yang penting aku pengen nyobain aja gimana rasanya menjadi orang penting hehehe” batinku dengan senyum geli.

Aku mengisi formulir pendaftaran dengan perasaan yang biasa-biasa saja, toh pikirku aku tidal lolos juga gapapa. Lalu aku mengumpulkan formulir pada hari itu juga, karena besoknya sudah diadakan tes tulis.
Hari tes tulis telah tiba, aku yang awalnya biasa-biasa saja menjadi grogi tidak karuan, dengan persiapan yang cukup aku berusaha yakin bahwa aku akan lolos. “semangat yaa, kamu pasti lolos” ucap salah satu sahabatku yang menepuk bahuku dan meyakinkan bahwa aku akan lolos. “kita akan berjuang bareng disini, aku yakin kita ber-empat akan lolos, harus yakin” sambungnya lagi dan ketiga sahabatku memelukku. Aku ketika itu menjadi sangat yakin bahwa aku akan lolos dan berjuang di IPM dengan sahabat-sahabatku.
“Bismillah” ucapku dalam hati saat aku memegang kertas yang berisi soal-soal. 1 jam telah berlalu, semua sudah menyerahkan jawaban kepada pengawas, dengan jalanku yang agak ragu aku harus tetap bisa yakin dengan diriku. Ketiga sahabatku menghampiri aku dengan tertawa menggodaku “Kenapa? Pasti gabisa jawab, kan gak belajar tadi malam hahahaha” ledeknya sambil menepuk kedua pipiku. “Enak aja, aku bisa jawab semua tauuuu, soalnya sih lumayan, kan belum kenal juga sama organisasi satu ini” dengan cerewetnya aku membalas ledekannya. “emm, iyadeh percaya percaya. Kita tunggu aja pengumuman 3 hari kedepan, semoga kabar baik ada pada kita berempat” ucap salah satu sahabatku dan segera meninggalkan ruangan tes.

3 kemudian…
Pengumuman hasil tes tulis sudah terpasang di mading. Belum melihat saja hatiku sudah mengatakan bahwa aku tidak akan lolos. ”Woi, ayo buruan aku pengen liat siapa yang lolos” ucap salah satu sahabatku sambil menarik kasar tanganku. Dengan tidak percayanya aku melihat di depan mataku, ternyata.. “Alhamdulillah” teriakku kegindrangan sambil menyubit pipi sahabatku. “Namaku ada Ya Rabb, Alhamdulillah, aku lolos” ucapku lagi dengan wajah yang merah dan masih tidak percaya. Waktu itu aku sangat senang dan bersyukur sekali karena sudah di beri kepercayaan untuk menjadi bagian dari organisasi ini. Tapi aku juga sedih karena aku lolos hanya dengan salah satu sahabatku saja.


Proses demi proses sudah ku lalui untuk menjadi bagian di organisasi ini, suka duka sudah aku rasakan selama menjabat di IPM. Pengalaman senang, lucu, menyedihkan, dan menakutkan sudah kualami semua dengan kawan-kawan seperjuangan.

Menjadi bagian dari IPM itu tidak susah, hanya saja kita siap mental untuk dibentuk, ikhlas karena Allah semata, itu yang menjadi tolok ukur dalam siap kita menjadi seorang pemimpin. Aku cinta ikatanku, aku ingin terus mengenal lebih dalam di sebuah ikatan yang berarti ini. Karena IPM aku menjadi orang yang terlatih akan mentalku dan menjadi orang yang berani berbicara di depan banyak orang, seperti tujuanku pertama mengenal sebuah ikatan ini. Setelah lulus SMP dan purna dalam menjabat 2 periode, rasanya tetap cinta kepada ikatan ini, aku ingin terus menjadi bagian dari ikatan ini, awalnya yang hanya coba-coba tapi kini aku sudah jatuh cinta dengan ikatanku, IPMku.

Cerpen oleh:
Ipmawati Anggun Filla (Kader IPM MUH1BA

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *